Sekolah Menulisnya Pujangga; Apuindragiry

Jikalaulah engkau digeletiki kerasapenasaranan bagaimana aku belajar dan meluangkan waktu 5 menit tiap harinya untuk ‘latihan’ [Sekolah Menulisku] dalam merangkai kata, semisal inilah yang bisa kubeberkan kepadamu 🙂

Gemerisik dedaunan tingkap bakau bertingkah dansa. Semilir embusan angin sepoi menghantam rerantingnya. Kecupak ikan tawar menciap-ciap dengan keriangan.

Pepohonan bakau (mangrove) berbaris rapi. Terpancang kokoh di bibir tingkap lumpur-lumpur kecokelatan. Senyum dedaunannya melambai-lambai dengan indah kepada manusia. Seolah berbisik mesra. Akulah penjagamu dari abrasi!!!

Air berwarna kecokelatan melukiskan pemandangan surgawi. Mengalir dari hulu sungai Indragiri menelusuri ujung-ujung batasnya hingga sungai Batang Gangsal.

Bahtera-bahtera mengangkut hasil kopra, pisang, dagangan melintas di atas permukaan bayu kecokelatan .

Bahtera itu mengibarkan sendawa kejut mesin-mesin yang menguapkan asap. Cakrawala pun lalu dihiasinya dengan warna kepul keabu-abuan.

Senjakala burung-burung walet beterbangan di atas permukaan parasmu nan kecoklatan. Mencicit dengan riang. Atas anugerah kehidupan nan terberikanNya. Senjakala saat nan indah baginya mencari penghidupan di dunia nan mensemesta.

Ikan-ikan patin berenang berkecipak. Menganak pinak dengan riang.

Kakilangit pun terlukis jingga di ufuk barat.

Mentari telah membulat penuh dengan paras terangnya. Warna sampingnya yang berhias lembayung kini terjelma. Pelan-pelan ia turun ke peraduan akhirnya beristirah mencahayai semesta. Lalu ia pu berjanji pada semesta dan sesosok warna kecoklatan itu.

”Masih ada hari esok!”

Sungai Batang Gangsal, di Indragiri Hilir,

Sekolah menulisku hari ini

YogyaMu, 9 Juni 2008 09.31


Leave a comment